“Langkah Kecil Seorang Ayah, Dampak Besar untuk Anak”

Oleh: Shabarudin, S.H

Foto : Elvin Mustika,SKM,S.H

LANGITBABEL.COM—–Hampir setiap pagi, saya memulai aktivitas rutin dengan menemani anak saya menuju gerbang sekolah. Itu bukan rutinitas biasa. Itu adalah ritual yang sudah saya jalani sejak ia duduk di bangku PAUD hingga kini menginjak kelas 8 di Madrasah Tsanawiyah.

Saya adalah seorang ayah yang percaya bahwa hadir di sisi anak, terutama di momen-momen penting dalam hidupnya, adalah bentuk cinta yang paling nyata.

Bukan hanya saat ia berseragam rapi di hari pertama masuk sekolah, tapi juga saat ia gugup menghadapi lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an, atau ketika ia bersiap di arena karate untuk menghadapi lawan. Saya ada di sana, menemani, menyemangati dan  mendengarkan.

Dalam perjalanan kami ke sekolah, banyak hal terjadi. Percakapan ringan di dalam kendaraan berubah menjadi ruang dialog terbuka yang tidak bisa tergantikan oleh gawai atau pesan instan.

Saya mendengarnya bercerita tentang guru favoritnya, teman barunya, bahkan soal keresahannya terhadap pelajaran yang sulit.

Dari sanalah saya belajar satu hal penting, kehadiran fisik seorang ayah bisa menjadi jembatan emosional yang kuat antara anak dan orang tua.

Saya percaya, komunikasi dalam keluarga tidak dibangun dari seminar atau teori semata. Ia dibangun dari kebersamaan yang sederhana tapi konsisten. Mengantar anak ke sekolah adalah salah satu bentuknya. Terlihat kecil, tapi berdampak besar.

Hari pertama masuk sekolah selalu menjadi momen yang penuh haru, semangat, dan harapan bagi anak-anak yang memulai langkah awal dalam dunia pendidikan.

Namun, ketika momen itu dilengkapi dengan kehadiran sosok ayah yang turut mengantar, memberikan pelukan hangat, dan melepas anaknya dengan senyuman serta doa, maka pengalaman itu menjadi jauh lebih bermakna.

Gerakan “Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah” bukan sekadar rutinitas seremonial,melainkan sebuah simbol kuat dari keterlibatan emosional dan peran aktif ayah dalam kehidupan pendidikan anak.

Di tengah kesibukan dan tantangan peran ayah dalam mencari nafkah, kehadiran fisik dan emosional mereka pada hari istimewa ini menunjukkan bahwa mendampingi anak bukan hanya tugas ibu semata.

Ini adalah gerakan kecil yang menciptakan dampak besar, mempererat ikatan keluarga, membangun rasa percaya diri anak, dan menanamkan makna kebersamaan sejak hari pertama mereka menempuh pendidikan formal.

Pendidikan anak tidak hanya dimulai dari ruang kelas, tetapi dimulai dari kehangatan,keterlibatan, dan perhatian orang tua di rumah, terutama di momen-momen penting seperti hari pertama sekolah.

Surat edaran resmi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Tengah Nomor 400.3.1/13/DINDIK/2025 tertanggal 11 Juli 2025 menjadi bukti konkret upaya negara dalam mendorong keterlibatan ayah secara aktif dalam proses pengasuhan anak, khususnya di bidang pendidikan.

Surat ini menindaklanjuti himbauan dari BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Terkait program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). Tujuan utamanya adalah mengajak para ayah atau wali murid laki-laki untuk mengantarkan anak mereka ke sekolah di hari pertama masuk sebagai bentuk keterlibatan emosional dan simbol peran pengasuhan yang setara.

Poin-poin penting yang ditekankan dalam surat ini antara lain:

• Ajakan langsung kepada ayah/wali laki-laki untuk hadir secara fisik mengantar anak.

• Instruksi kepada ASN laki-laki agar turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.

• Pentingnya dokumentasi kegiatan sebagai bentuk publikasi dan inspirasi bagi masyarakat.

• Kolaborasi antar instansi dan organisasi, termasuk PKK dan Bunda PAUD, untuk memperluas dampak gerakan ini.

Langkah strategis ini menunjukkan kesadaran pemerintah akan pentingnya kehadiran emosional ayah dalam tumbuh kembang anak, tidak hanya bersifat seremonial tetapi juga sistematis.

Dalam ilmu parenting modern, keterlibatan ayah dalam pengasuhan dikenal sebagai father ngagement, yang sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan emosional dan kognitif anak.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang diasuh secara aktif oleh kedua orang tuanya terutama ayah menunjukkan performa akademik lebih baik, rasa percaya diri tinggi, serta kemampuan sosial yang matang.

Mengantar anak di hari pertama sekolah adalah simbol keterlibatan yang sangat penting. Disinilah seorang anak membentuk kesan pertama tentang lingkungan sekolah.

Kehadiran ayah pada momen ini menjadi jembatan emosional yang menciptakan rasa aman, nyaman, dan motivasi bagi anak.

Islam sangat menekankan peran ayah dalam mendidik anak. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang menunjukkan bagaimana ayah terlibat langsung dalam pendidikan anaknya, salah satunya melalui kisah Luqman (QS. Luqman: 13-19) yang memberikan nasihat moral dan spiritual kepada anaknya.

Rasulullah SAW juga menjadi teladan dalam hal pengasuhan. Beliau sangat penyayang terhadap cucu-cucunya, dan turut mendampingi mereka dalam kegiatan sehari-hari.

Hadits-hadits Nabi banyak yang mengisyaratkan bahwa kasih sayang dan perhatian bukan hanya tanggung jawab ibu, tapi juga ayah.

Maka, gerakan ini sejalan dengan prinsip Islam bahwa ayah adalah pemimpin dan pendidik dalam keluarga.

Surat edaran dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Tengah merupakan contoh implementasi kebijakan yang holistik dan manusiawi. Dengan pendekatan yang menyentuh aspek psikologis, sosial, keagamaan, dan administratif, program “Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah” adalah gerakan simbolik yang berdampak besar.

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Keluarga yang seimbang, dimana ayah dan ibu hadir secara aktif, akan melahirkan generasi yang kuat, cerdas, dan berakhlak mulia, sebuah fondasi utama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Karena itu, saya sangat mengapresiasi Gerakan “Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah” yang digagas pemerintah. Program ini bukan sekadar simbolik, tapi bentuk nyata dari peran strategis seorang ayah dalam mendampingi tumbuh kembang anak.

Di tengah kehidupan modern yang begitu sibuk, hadirnya ayah bukan hanya menjadi penguat psikologis, tapi juga penanda bahwa anak tidak pernah sendiri dalam menapaki jalannya.

Gerakan ini juga sejalan dengan:

RPJMN 2020–2024 yang menekankan pentingnya penguatan peran keluarga sebagai pilar utama pembangunan sumber daya manusia.

Program Generasi Berencana (Genre) yang didukung oleh BKKBN.

Permendikbud No. 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Pendidikan yang menekankan peran aktif orang tua dalam kegiatan sekolah anak.

Kampanye Nasional Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang dipelopori oleh BKKBN.

Secara kebijakan, surat ini adalah implementasi konkret dari strategi besar pembangunan karakter anak bangsa melalui keterlibatan aktif orang tua laki-laki, tidak hanya pada tataran rumah tangga, tapi juga institusi pendidikan.

Saya berharap gerakan ini bisa terus berlanjut dan meluas menjadi program-program positif lainnya dalam bidang parenting keluarga.

Semakin banyak ayah yang terlibat, semakin kuat struktur keluarga kita. Dan ketika keluarga kuat, masyarakat pun akan jauh dari masalah sosial.

Sebagai seorang ayah biasa, saya tidak ingin sekadar dikenang sebagai pemberi nafkah. Saya ingin anak saya mengenang saya sebagai sosok yang selalu ada di hari pertama sekolahnya, di momen-momen pencapaiannya, dan dalam setiap langkah kecilnya menuju masa depan.

Karena sesungguhnya, membesarkan anak adalah perjalanan dua arah. Dan saya memilih untuk ikut berjalan bersamanya, setiap hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *